Selasa, 23 Oktober 2007

Sahabat

Sahabat, sebenarnya apa arti dari kata sebuah sahabat. Kalo menurutku sahabat itu orang yang slalu ada disaat kita seperti apapun.namun,kadangkala sahabat sama seperti layaknya musuh yang gak berprikemanusiaan.nyebelin banget.

Kadang kalo dipikir sahabat itu gak pernah ada,siapapun yang ada dan tampak dibumi ini gak bisa dijadikan sosok sahabat.sahabat itu kata yang terlalu 'perfect' buat semua makhlik dibumi ini.

so,sahabat yang sejati tuh SANG PENCIPTA kita,bayangin aja dia mau ngasih ampunan ama kita 'buatan tangannya'yang nakal.kita gak pernah bisa melakukan semua kehendaknya,maybe kadangkala kita slalu bikin dia kecewa.tapi,gak pernah sedikitpun
Tuhan marah atau ngelabrak kita hanya karna kita ga setia,betul toh?

Well,mulai saat ini kita mesti wajib berbenah kata dan arti sahabat yang bener.karna menurutku sahabat sering banget ngelukai hati kita meski kita gak pernah ngelukai mereka sedikitpun.

JATUH BANGUN

Aku udah bisa mengendarai sepeda motor waktu aku duduk di kelas 5 SD. Waktu aku belajar sepeda motor, aku menggunakan sepeda motor yang lumayan . Maksudnya lumayan ya nggak jelek amat-lah.

Kemudian pada saat aku kelas 2 smp ayahku membeli sepeda motor baru untuk kakak perempuanku. Sepeda motor itu dibeli dan kirim pada hari sabt. Pada hari minggu, ayah menyuruhku untuk mencoba mengendarainya. Kemudian aku mencoba mengendarainya dengan membonceng ayahku.

Awalnya, semua berjalan dengan baik. tapi pada saat ditikungan aku tidak dapat mengendalikan sepeda motor. Akhirnya aku dan ayahku jatuh dari sepeda motor tapi, untungnya kami berdua tidak apa-apa tidak lecet sedikitpun. Hanya saja, sepeda motur itu jadi lecet. Padahal sepeda motor itu baru sehari di rumah tapi sudah tergores. Aku benar-benar merasa bersalah pada kakakku. Maaf ya Kak!!!

Tukang Bakpao

Sebenernya aku bingung mau kasih judul apa. Tapi karena yang paling kuingat adalah tukang bakpao jadi aku kasih judul tukang bakpao. Ceritanya gini. Pada zaman dahulu kala di saat aku masih berumur kira-kira 5 tahun. Aku diajak oleh ayahku ke Tunjungan Plaza bersama kakak lelakiku. Waktu itu kami naik angkot sehingga kami harus turun di dekat jembatan penyeberangan yang ada di depan TP. Kejadian bermula dari sini.

Setelah turun dari angkot, aku masih berada di genggaman ayahku. Tapi tidak lama kemudian peganganku terlepas dan aku terpisah dari ayah dan kakakku. Saat aku berjalan di depanku ada seorang lelaki yang memakia kaos berwarna putih.

Aku kira itu adalah ayahku jadi aku berpegangan erat pada kaosnya. Tapi semakin lama orang itu berjalan semakin cepat dan aku tetap saja mengikutinya. Tapi tiba-tiba dia berbelok ke arah rombong bakpaonya yang berada di dekat TP. Dan saat ia berbalik dan aku melihat wajahnya dan ketika itu aku baru sadar kalau dia bukan ayahku. Ternyata ayah dan kakakku berada di belakangku sambil meneriakkan namaku. Wah aku malu sekali rasanya.